Febrian Rizky Pratama S.H., M.H., merupakan seorang Dosen muda generasi Z dengan perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan inspirasi. Febrian saat ini sedang menempuh Pendidikan S-3 Doktor di Universitas Airlangga. Awalnya, cita-cita Febrian adalah menjadi abdi negara melalui jalur IPDN, namun setelah gagal mengikuti seleksi IPDN, ia memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Mataram (UNRAM) dengan mengambil Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum. Pilihan ini tidak terlepas dari pengaruh kedua orangtuanya, khususnya latar belakang sang ayah yang merupakan seorang Sarjana Hukum dan Pengacara.

Sejak di bangku SMA banyak sekali prestasi yang diraih oleh Febrian sekaligus penyandang siswa berprestasi. Febrian juga tertarik pada filsafat, yang ia anggap sebagai ilmu yang penuh dengan pemikiran mendalam dan multitafsir, serupa dengan ilmu hukum yang mengajarkan pemahaman terhadap hal-hal yang tidak terlihat dan penuh tafsiran. Hal inilah yang akhirnya menarik perhatian Febrian untuk terjun ke dunia hukum, yang dianggapnya menantang dan filosofis.

Semasa kuliah, ia aktif mengikuti lomba peradilan semu dan berhasil meraih juara. Keaktifannya ini mengantarkan Febrian menjadi Ketua Peradilan Semu dan membawa Mahasiswa UNRAM ke Universitas Udayana untuk mengikuti kompetisi peradilan semu. Pada semester 5, Febrian mulai mengerjakan ujian proposal dan berhasil menyelesaikan studi S-1 dalam waktu 3,5 tahun, dan ini merupakan pencapaian luar biasa. Meski sempat bercita-cita menjadi praktisi hukum, seperti hakim atau jaksa, Febrian akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Universitas Airlangga (UNAIR) dan berhasil meraih gelar Magister Hukum dengan predikat cumlaude dalam waktu 1,5 tahun.

Berkat dukungan doa dari ibunya yang berharap ia menjadi seorang Dosen, Febrian akhirnya memilih jalur akademik. Menjadi dosen bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang pengabdian dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Febrian percaya bahwa mengajarkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan memahami hal-hal yang awalnya tidak mereka ketahui adalah bentuk amal jariyah yang tidak ternilai harganya.

Pesan dari Dosen yang selalu saya ingat,

Bahwa menjadi Dosen adalah bentuk pengabdian dan bukan untuk mencari uang, menjadi Dosen bukan hanya sekadar mengajar, tetapi juga mencetak generasi yang lebih baik, yang dapat membawa perubahan positif di masyarakat. Kampus itu menjadi tempat akhlak yang baik untuk kalian jadikan tempat pengbdian kalian. Ada sesuatu yang tidak ternilai dari situ memang kecil tetapi pahalanya lebih besar dari apa yang kita lihat”.

Sebagai dosen muda yang menginspirasi, Febrian menerapkan prinsip "STOP" dalam hidupnya: 

S : Sit (duduk dulu untuk meresapi masalah), 

T : Think (berpikir tentang langkah yang harus diambil), 

O : Observe (mengamati bagaimana orang lain melakukan sesuatu), dan 

P : Plan (merencanakan langkah berikutnya). 

Prinsip ini mengajarkannya untuk selalu berpikir dengan hati-hati, melakukan observasi, dan merencanakan tindakan yang bijak. Tips kepada generasi Z untuk memutuskan sesuatu dengan bijak.

"Cari tahu alasan kenapa kita harus melakukan sesuatu, sehingga kita bisa berpikir secara filosofis. Ketika kita mengetahui tujuan dan maknanya, kita akan lebih bijak dalam bertindak."

Categories: ,

Leave a Reply